RAKATA

Ragam KSDA Dalam Berita

Peningkatan Kapasitas Teknis Dan Administrasi Pegawai Balai Ksda Lampung Di Provinsi Jawa Timur

Tinggalkan komentar

DSC_1903Ada petuah yang mengatakan, tuntutlah ilmu sampai ke negeri China. Agaknya petuah ini coba diterapkan oleh Balai Konservasi Sumber Daya Alam (KSDA) Lampung. Upaya ini dilakukan dengan menimba pengalaman dan menambah wawasan di Provinsi Jawa Timur untuk meningkatkan kapasitas teknis dan administrasi pegawainya.

Provinsi ini dipilih karena dianggap dapat memenuhi tujuan yakni menimba pengalaman dari Balai Besar KSDA Jawa Timur terkait pelaksanaan tugas dan fungsinya di bidang perlindungan, pengawetan, dan pemanfaatan sumber daya alam hayati dan ekosistemnya. Selain itu, tujuan kegiatan ini adalah menambah wawasan seputar kawasan konservasi dan lembaga konservasi dengan mengunjungi Kebun Binatang Surabaya, Taman Nasional Bromo Tengger Semeru, dan Jatim Park II. Harapannya, kegiatan ini juga dapat menumbuhkan jiwa korsa dan semangat kebersamaan antar pegawai sehingga dapat terbangun koordinasi kerja yang lebih baik.

Setiba di Jawa Timur, agenda pertama adalah bertandang ke kantor Balai Besar KSDA Jawa Timur. Kedatangan kami disambut oleh Kepala Balai Besar, Bapak Ir. Ludvie Achmad.  Sebagai sesama UPT KSDA, Balai Besar KSDA Jawa Timur memiliki tugas dan fungsi yang sama dengan Balai KSDA Lampung, hanya saja, sebagai balai besar tentunya memikul tanggung jawab lebih luas.  Hal ini tercermin dari jumlah kawasan konservasi yang dikelola, jumlah pengumpul dan pengedar tumbuhan dan satwa liar (TSL), jumlah penangkar, serta lembaga konservasi yang menjadi binaannya. Jumlah kawasan konservasi yang dikelola terdiri dari 18 cagar alam, 3 taman wisata alam, dan 2 suaka margasatwa. Selain itu, terdapat 147 penangkar, 105 pengumpul dan pengedar, serta 9 lembaga konservasi.

BBKSDA Jawa Timur telah memenuhi Standar ISO 9001:2008 dalam penyelenggaraan kegiatan pelayanan perizinan pemanfaatan TSL, pemberian rekomendasi pemanfaatan TSL, dan pemberian rekomendasi izin pemanfaatan pariwisata alam (IPPA) di taman wisata alam. Hal ini dilakukan sebagai langkah untuk peningkatan mutu dan efektifitas proses operasional perizinan. Pada mulanya jumlah penangkar, pengumpul, dan pengedar TSL berizin tergolong sedikit, namun berkat upaya pengamanan, sosialisasi, dan pembinaan pada masyarakat perlahan jumlahnya pun meningkat.

Agenda kedua adalah berkunjung ke Kebun Binatang Surabaya (KBS). KBS pernah menjadi kebun binatang terbaik dan terlengkap se-Asia Tenggara pada tahun 1970. KBS adalah salah satu ikon Provinsi Jawa Timur dan telah lama menjadi tujuan wisata masyarakat Surabaya dan kota lain di sekitarnya. Dipandu oleh kurator, Sri Pentawati, yang lebih akrab disapa mbak Penta, kami pun berkeliling melihat koleksi satwa KBS. Saat ini KBS mengkoleksi sekitar 2.500 ekor dengan jumlah ± 300 spesies.

Agenda selanjutnya adalah mengunjungi Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS). Salah satu obyek wisata TNBTS yang pamornya telah mendunia adalah Kawah Bromo dengan lautan pasirnya dan pemandangan matahari terbit (sunrise) dari Gunung Pananjakan. Demi melihat indahnya matahari terbit, rombongan kami berangkat mengendarai jeep dari penginapan tepat pukul dua dini hari. Tiba di Pananjakan, terlihat beberapa pengunjung sibuk menata kamera DSLR-nya untuk mendapatkan gambar terbaik.  Perlahan, semburat cahaya keemasan muncul di ufuk timur. Setiap pengunjung menanti dengan sabarnya di tengah udara dingin yang menusuk tulang.

Pemandangan vulkanik Pegunungan Tengger menampilkan panorama yang spektakuler. Gunung Widodaren, Gunung Kepolo, Gunung Batok, dan Kawah Bromo berjejer dengan indahnya ditambah lagi oleh lautan pasir yang masih terselimuti kabut. Di kejauhan tampak Gunung Semeru, gunung tertinggi di Pulau Jawa yang merupakan bagian termuda dari Pegunungan Jambangan. Berkunjung ke TNBTS mengingatkan kami akan kawasan konservasi yang dikelola Balai KSDA Lampung, yakni Cagar Alam dan Cagar Alam Laut Kepulauan Krakatau.  Keduanya sama-sama menyajikan fenomena vulkanik yang memotivasi wisatawan untuk mengunjunginya.

Selain fenomena alam, kebudayaan masyarakat suku Tengger merupakan bagian menarik lainnya. Sebuah tempat peribadatan umat Hindu Suku Tengger berdiri megah di antara Gunung Bromo dan Gunung Batok, bernama Pura Agung Poten. Ketika perayaan Yadnya Kasada biasanya menyedot banyak wisatawan yang antusias untuk melihat.

Agenda terakhir adalah berkunjung ke Jatim Park II di Kota Batu. Jatim Park II menyuguhkan wisata “hijau” dengan kemasan modern dan gaya yang berbeda dengan lembaga konservasi lainnya. Kami mengunjungi wahana Eco Green Park, Batu Secret Zoo, dan Museum Satwa.

Di Eco Green Park, pengunjung dipuaskan oleh beragam informasi ilmiah namun ditampilkan secara ringan dan menarik sesuai dengan slogannya yaitu fun and study. Pesan yang ingin disampaikan adalah hidup berdampinganlah dengan alam, maka kita akan memperoleh manfaat darinya tetapi bila merusaknya maka resiko bencanalah sebagai akibatnya. Masuk ke Batu Secret Zoo, pengunjung kembali disuguhkan oleh aneka satwa dalam diorama yang menarik, rapi, dan bersih. Satwa awetan dan fosil dari berbagai negara dan benua tersaji apik di Museum Satwa. Beragam fosil tulang belulang satwa direkonstruksi sesuai struktur aslinya. Melalui museum ini, diharapkan pengunjung memperoleh gambaran bagaimana kehidupan satwa pada masanya di habitat alaminya.

Serangkaian kunjungan ini merupakan kesempatan yang langka karena begitu banyak informasi yang diperoleh dan memotivasi untuk memperbaiki diri dan berkarya lebih baik lagi. Semoga.

***Dat.

Tinggalkan komentar